Rabu, 19 September 2012

Belajar Memetik Hikmah

BELAJAR MEMETIK HIKMAH

Ternyata memang benar, kesimpulan selalu di akhir. Mengambil kesimpulan di awal adalah salah besar. Kadang kita terburu-buru menyimpulkan di awal cerita dan kesimpulan tersebut salah di akhir cerita. Ternyata sebelum mengambil kesimpulan, kita harus pelajari dulu, cari tahu dan jalani terlebih dahulu. Setelah itu baru deh kita simpulkan, signifikan atau tidak signifikan? apakah sesuai dengan hipotesis yang diajukan? (jadi seperti penelitian, yak? Maklum lagi syndrome UP :D).

Well, ini sering saya alami, sering menyimpulkan di awal dan merasa bersalah telah berkesimpulan buruk. Ya baik itu menyimpulkan sifat seseorang, peristiwa ataupun suatu kejadian. Sepertinya ini karena sifat kita yang selalu berfikiran buruk di awal ketika kekecewaan merupakan kesan pertama yang kita peroleh dari orang yang baru kita kenal.

Boleh lah ya saya berbagi cerita tentang kekeliruan yang sempat saya lakukan. Banyak sih, tapi saya ambil sampel aja deh, yang masih saya ingat.. hehe…Penilaian buruk kepada orang yang baru di kenal. Itu sering sekali terjadi. Kadang kesan pertama yang tidak enak dari seseorang membuat kita menilai buruk orang tersebut. Namun, setelah kita banyak berinteraksi dengan orang tersebut kita baru menyadari bahwa orang tersebut baik dan eh ternyata nyambung dan kadang menimbulkan decak kagum. So, intinya adalah jangan dulu menyimpulkan sebelum mengenal dekat karakter orang yang baru kita kenal, berfikiran baik aja dulu. Ternyata orang yang menurut kita buruk belum tentu buruk noh…okesipz, bagus :D

Hal ini senada dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah 216 : “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” 

Dalam ayat ini ada beberapa hikmah dan rahasia serta masahat untuk seorang hamba. Karena sesungguhnya jika seorang hamba tahu bahwa sesuatu yang dibenci itu terkadang membawa sesuatu yang disukai, sebagaimana yang disukai terkadang membawa sesuatu yang dibenci, ia pun tidak akan merasa aman untuk tertimpa sesuatu yang mencelakakan menyertai sesuatu yang menyenangkan. Dan ia pun tidak akan putus asa untuk mendapatkan sesuatu yang menyenangkan menyertai sesuatu yang mencelakakan. 

Sari AsQolany