Sabtu, 24 September 2016

DRAMA KOREA : MAKAN

Hari ini saya mau sedikit share tentang drama korea, biar kekinian atuh yah :D

Jadi begini ya... saya sebenarnya bukan pecinta drama korea. Kenapa? karena saya selalu merasa malas nonton film dengan banyak episode, walaupun drama korea sebenarnya hanya sekitar 16-20 episode saja, tapi saya selalu merasa gak sabaran nontonnya, apalagi kalau sudah membosankan jalan ceritanya, langsung deh nonton episode akhir, biar cepat kelar. Beberapa bulan ke belakang ini kan sempat booming tuh drama korea yang judulnya Descendent Of The Sun (DOT).. Nah, ketika teman-teman di sekitar saya (tidak semua, tapi mayoritas) berbondong-bondong menonton dan terpesona dengan penampilan Kapten Song Jong Ki yang katanya lama-lama menggemaskan itu, malah ada yang nonton berkali-kali saking gak bisa move on dari film ini (saya salut pokoknya deh, kuat nonton sampai 20 episode dengan cerita yang sama berkali-kali), justru saya hanya sanggup nonton sampai episode 5 saja haha... keburu bosan dan malas melanjutkan.

Menonton film adalah salah satu kebiasaan saya ketika sudah merasa jenuh dengan aktivitas sehari-hari. Mengisi weekend dengan menonton di laptop sekali-kali gak apa-apa kali ya, buat hiburan dan penyegaran otak. Saya lebih sering menonton film action yang durasinya sekitar 1,5 sampai 2 jam. Langsung tamat dan dapat intinya. Tapi kadang sesekali saya juga sempatkan melirik drama korea hasil cucuk flashdisk copy dari teman. Kata teman rame, saya akan copy dan coba tonton. Kebiasaan saya sebelum menonton adalah membaca sinopsisnya. Kira-kira menarik akan saya tonton. Saya lebih suka drama korea yang membahas tentang kerajaan-kerajaan jaman dahulu.. dijamin saya tonton sampai beres walaupun gak sabaran juga pengen cepat beres ho ho.

Ada satu hal yang saya suka dari drama atau film korea, bukan pemainnya yang mulus-mulus (cantik-ganteng yang sangat giung), bukan kisah cintanya yang bikin baper, bukan pula karena tempat nya yang indah, tetapi adegan ketika MAKAN!! Yah, saya selalu terpesona memperhatikan mereka makan, kayak yang enak gitu, lahap dan sangat menikmati. Cara mereka menyeruput sup, mengambil nasi dengan sumpit, mengunyah dengan penuh semangat sambil bilang mmmmm no-mu ma-sit-da! (rasaya enak sekali !).... ah, daebak daebak daebak pokoknya ! daebaaaaaaak ! (maaf, lebay :D)

Saya termasuk orang yang sedikit makan dan nafsu makan nya rendah, jadi deh susah gemuknya (haha, gak penting dibahas). Tapi, kadang saya selalu berusaha menikmati makanan saya dengan meniru gaya di film korea, cara mereka memuji enaknya makanan, menyeruput sup, mengunyah dan melahap dengan penuh semangat. Alhamdulillah biasanya bisa makan agak banyakan dan lahap. Gak pake sumpit tapi yah, gak bisa :D

Tambahan deh. Berikut beberapa drama korea yang pernah saya tonton sampai tamat dan menurut saya ceritanya menarik dan bagus :
1. King 2 Heart (tentang pertikaian antara Korea Utara dan Korea Selatan)
2. Rooftop Prince (tentang raja dari Dinasti Joseon yang terdampar di masa depan)
3. The Moon that Embraces the Sun 
4. Mask
5. Three Days (tentang paspampres)
6. She was Pretty (Buat kamu yang gak pede dengan kemampuan dan keadaan diri, boleh lah yah ditonton hehe... banyak hikmah yang bisa diambil, bahwa kita itu special. Jangan terlalu termehek-mehek sama kisah cintanya tapi yah, jangan baper wkwk)

Pondok Mutiara
24 September 2016
Bersama kepulan nasi hangat, setelah menyelesaikan episode 16 She was Pretty ~ akhirnya, tamat juga :D

Minggu, 15 Mei 2016

Ilmu dan Iman

Ilmu dan Iman adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Berbahagialah bagi orang-orang yang semakin bertambah ilmunya justru semakin bertambah keimanan-Nya kepada Sang Pencipta. Semakin berilmu seseorang, maka semakin tinggi derajat dan tentu akhlaknya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: ".... Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat" (QS. Al-Mujadalah : 11).

Selanjutnya, Rasulullah Shallahu'alaihi wa Sallam bersabda: "Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza Wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat."

Ilmu  yang kita miliki tentunya harus dimanfaatkan untuk orang banyak. Ilmu yang dimanfaatkan akan menjadi amalan yang pahalanya tiada terputus walaupun kita sudah tiada di dunia. Rasulullah Shallahu'alaihi wa Sallam bersabda :"Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalannya, kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan doa anak yang sholeh."(HR. Muslim No. 1631).

Iman memberi cahaya pada jiwa, disebut juga pada moral, sedang ilmu pengetahuan memberi sinar pada mata. Iman dan Ilmu membuat orang jadi mantap, agung, walau tidak ada pangkat dan jabatan yang disandangnya, sebab cahaya itu datang dari dalam dirinya sendiri.

Pokok hidup utama adalah Iman dan pokok pengirimnya adalah Ilmu. Iman tidak disertai ilmu dapat membawa dirinya terperosok mengerjakan pekerjaan yang disangka menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala, padahal mendurhakai Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebaliknya orang yang berilmu saja tanpa disertai iman, maka ilmunya itu dapat membahayakan dirinya sendiri ataupun bagi sesama manusia. Ilmu manusia tentang atom misalnya, alangkah penting ilmu itu kalau disertai iman, karena dia akan membawa faedah yang besar bagi seluruh manusia. Tetapi ilmu itupun dapat digunakan orang untuk memusnahkan sesama manusia, karena jiwanya yang tidak terkontrol oleh iman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala

Belajar dari Negeri Sakura
Enam hari setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945, Jepang menyerah tanpa syarat pada Perang Dunia II (1942-1945). Kaisar Hirohito (bertakhta 1926-1989) berupaya membangun kembali bangsanya yang sudah porak poranda itu. Ia memerintahkan menteri pendidikannya untuk menghitung jumlah guru yang tinggal dan masih hidup.

Satu sumber menyebutkan jumlah guru yang tersisa di Jepang pada saat itu adalah sebanyak 45 ribu orang. Sejak itu, Kaisar Hirohito gerilya mendatangi para guru tersebut dan memberi perintah juga arahan. Rakyat Jepang saat itu sangat menjunjung titah dari Kaisar. 

Mengapa pada saat itu Kaisar Jepang lebih mementingkan jumlah guru daripada jumlah perusahaan atau jumlah pabrik yang tersisa? Itu artinya, Kaisar Jepang lebih tahu mana yang lebih menjamin kehidupan rakyatnya. Dengan ilmu yang dimiliki para guru tersebut, lihatlah kondisi Jepang sekarang. Setelah pengebomam yang menyakitkan itu, kini Jepang menjadi negara maju dari berbagai sisi.

Namun tak cukup hanya dengan ilmu saja, hiasilah keilmuan dengan keimanan kepada yang Maha Esa Allah Subahanahu wa Ta'ala. Dengan demikian diri dan jiwa kita akan selalu dekat dan selalu dinaungi perlindungan  Allah SWT. 

"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan." (Qs. al-‘Alaq: 1)

Wallahu'alam Bishowab 

*Dari Berbagai Sumber

Sabtu, 23 April 2016

Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

Hallo.... !!

Lama juga gak ngisi blog. Kebetulan ada tema yang akhir-akhir ini menarik saya.
Ini berawal dari Tes Psikometrik MMPI -2 dalam rangka memenuhi persyaratan administrasi pekerjaan, dimana di dalamnya ada beberapa pertanyaan pernyataan yang membuat saya jadi 'curious' (Wah, jangan-jangan...................... Taraaaa, hasilnya normal kok :D)

Dokumentasi Pribadi
Cuma... banyak sih yang membikin saya bertanya-tanya, mulai dari mengapa jumlah soal sebanyak 567, pertanyaan pernyataan yang membuat saya ingin tahu apa yah hubungannya sama kejiwaan?

Setelah searching and searching, berhubung saya bukan psikolog, khawatirnya keliru dan sok tahu... jadilah pengen nge-share artikel ini (copas dari berbagai sumber)


Obsesive Compulsive Disorder (OCD), merupakan sejenis gangguan kecemasan, yaitu penyakit yang berpotensi mengganggu serta memerangkap orang dalam siklus pikiran dan perilaku yang berulang. Kelainan ini ditandai dengan pikiran dan ketakutan tidak masuk akal (obsesi) yang dapat menyebabkan perilaku repetitif (kompulsi). Misalnya, orang yang merasa harus memeriksa pintu dan jendela lebih dari tiga kali sebelum meninggalkan rumahnya.
Orang dengan OCD ini terganggu oleh stres, ketakutan atau bayangan yang berulang (obsesi) yang tidak dapat mereka kendalikan. Kecemasan/kegelisahan yang dihasilkan oleh pikiran-pikiran tersebut mengarahkan mereka pada kebutuhan mendesak untuk melakukan ritual atau rutinitas tertentu (compulsion). Ritual kompulsif ini dilakukan dalam upaya untuk mencegah pikiran obsesif atau membuat pikiran tersebut hilang.
Meskipun ritual ini dapat mengurangi kecemasan untuk sementara, namun orang tersebut harus melakukan ritualnya lagi ketika pikiran obsesif datang kembali. Siklus OCD dapat menyita waktu yang sangat banyak dan secara signifikan mengganggu aktivitas normal. Penderita OCD mungkin menyadari bahwa pikiran tersebut adalah obsesi dan dorongan yang tidak masuk akal atau tidak realistis, tetapi mereka tidak mampu menghentikannya.

Apa Saja Gejala Obsessive Compulsive Disorder?
Gejala-gejala Obsessive Compulsive Disorder dapat bervariasi. Gejala obsesi yang umumnya ditemukan adalah:
  • Takut kotor atau terkontaminasi oleh kuman.
  • Takut mencelakai orang lain.
  • Takut membuat kesalahan.
  • Takut malu atau berperilaku sosial yang tidak dapat diterima masyarakat.
  • Takut berpikir jahat atau berdosa.
  • Perlu kerapian, seimbang atau ketepatan.
  • Keraguan yang berlebihan dan kebutuhan untuk selalu dipercayai.
Sedangkan gejala kompulsi meliputi:
  • Berulang kali mandi, siram atau mencuci tangan.
  • Menolak untuk berjabat tangan atau menyentuh pegangan pintu.
  • Berulang kali memeriksa hal-hal yang sama, seperti kunci atau kompor.
  • Terus berhitung, baik di dalam pikiran atau diucapkan dengan keras sambil melakukan tugas-tugas rutin.
  • Mengatur barang-barang dengan cara tertentu secara terus-menerus.
  • Mengkonsumsi makanan dalam urutan tertentu.
  • Terjebak pada kata-kata, gambar atau pikiran, yang biasanya mengganggu, sehingga dapat mengganggu waktu tidur.
  • Mengulangi kata-kata, kalimat atau doa tertentu.
  • Melakukan tugas yang sama berkali – kali.
  • Mengumpulkan atau menimbun barang tanpa nilai yang jelas/berarti.
Apa Penyebab Obsessive Compulsive Disorder?
Penyebab pasti dari OCD belum sepenuhnya dipahami, namun penelitian telah menunjukkan bahwa kombinasi faktor biologis dan lingkungan ikut terlibat.
  1. Faktor biologis: otak adalah struktur yang sangat kompleks. Otak berisi miliaran sel saraf yang disebut neuron dan harus berkomunikasi serta bekerja sama agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Neuron berkomunikasi melalui sinyal listrik. Mediator khusus, yang disebut dengan neurotransmiter, membantu memindahkan pesan-pesan listrik dari neuron ke neuron. Penelitian telah menemukan hubungan antara rendahnya kadar neurotransmitter, yang disebut serotonin, dengan terjadinya OCD. Selain itu, ada bukti bahwa ketidakseimbangan serotonin dapat diturunkan dari orang tua kepada anak-anak. Hal ini berarti OCD dapat diwariskan. Daerah-daerah tertentu di otak dapat juga terpengaruh oleh ketidakseimbangan serotonin, yang memicu timbulnya OCD. Masalah ini tampaknya melibatkan jalur otak yang menghubungkan daerah otak yang berfungsi sebagai penilaian dan perencanaan, dengan daerah otak yang menerima pesan untuk gerakan tubuh. Studi juga telah menemukan hubungan antara infeksi oleh bakteri Streptococcus dengan OCD. Infeksi ini, jika berulang dan tidak diobati, dapat menyebabkan timbulnya OCD dan gangguan lainnya pada anak-anak.
  2. Faktor Lingkungan: terdapat faktor lingkungan yang dapat memicu OCD pada orang-orang yang memiliki kecenderungan OCD. Faktor lingkungan juga dapat memperburuk gejala dan meliputi:
    • Siksaan
    • Perubahan kondisi kehidupan
    • Penyakit
    • Kematian orang yang dicintai
    • Masalah atau perubahan yang terkait dengan pekerjaan dan sekolah
    • Masalah dalam hubungan percintaan
Apakah Obsessive Compulsive Disorder Sering Terjadi?
OCD menimpa sekitar 3,3 juta orang dewasa dan sekitar 1 juta anak-anak dan remaja di Amerika Serikat. Gangguan ini biasanya pertama kali muncul di masa kanak-kanak, remaja, atau dewasa muda. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dan mempengaruhi semua orang dari semua ras dan latar belakang sosial ekonomi.

Bagaimana Obsessive Compulsive Disorder Didiagnosis?
Tidak ada tes laboratorium untuk mendiagnosis OCD. Dokter mendasarkan diagnosa pada penilaian gejala pasien termasuk berapa banyak waktu seseorang dihabiskan untuk melakukan perilaku ritualnya.

Bagaimana OCD Diobati?
OCD tidak dapat sembuh, sehingga sangat penting untuk mendapatkan pengobatan. Pendekatan yang paling efektif untuk mengobati OCD ialah gabungan obat dengan terapi perilaku kognitif.
  • Terapi Perilaku Kognitif. Tujuan dari terapi perilaku kognitif adalah untuk membimbing penderita OCD dalam menghadapi ketakutan mereka dan mengurangi kecemasan tanpa melakukan perilaku ritual (disebut terapi eksposure dan terapi pencegahan respon). Terapi ini juga berfokus pada mengurangi pikiran berlebihan atau pikiran yang sering terjadi pada orang dengan OCD.
  • Terapi Obat. Antidepresan, seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), antidepresan seperti Paxil, Prozac, Zoloft. Jenis obat yang lama, misal antidepresan trisiklik seperti Anafranil, juga dapat digunakan.
Dalam kasus OCD yang parah dan pada orang yang tidak merespon terhadap terapi obat dan perilaku, maka dapat digunakan terapi electroconvulsive (ECT) atau psychosurgery untuk mengobati gangguan tersebut. Selama ECT, elektroda dipasangkan pada kepala pasien dan serangkaian kejutan listrik dikirim ke otak, yang akan menyebabkan kejang. Kejang ini menyebabkan pelepasan neurotransmiter atau senyawa serotonin di otak.

Bagaimana Harapan Untuk Orang Dengan Obsessive Compulsive Disorder?
Kebanyakan kasus OCD berhasil diobati dengan obat-obatan, terapi perilaku kognitif, atau kombinasi keduanya. Dengan pengobatan yang disiplin, kebanyakan orang dapat sembuh dari gejala dan kembali beraktivitas normal atau mendekati normal.

Apakah Obsessive Compulsive Disorder dapat Dicegah?
OCD tidak dapat dicegah. Namun, diagnosis dan pengobatan dini dapat membantu mengurangi waktu yang dihabiskan seseorang karena menderita kondisi ini. 

Survey Membuktikan (Ala Jargon Kuis...)
Prevalensi sepanjang hidup gangguan obsesif-kompulsif berkisar 2,5 persen dan sedikit lebih banyak terjadi pada perempuan dibanding pada laki-laki (Karno & Golding, 1991; Karno dkk., 1988; Stein dkk., 1997). Usia onset gangguan ini tampaknya bimodal, yaitu terjadi sebelum usia sepuluh tahun atau pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa (Conceicao do Rosario-Campos dkk., 2001). Pada kasus usia dewasa, gangguan ini sering dialami setelah kejadian yang penuh stres, seperti kehamilan, melahirkan, konflik keluarga, atau kesulitan di pekerjaan (Kringlen, 1970). Gangguan obsesif-kompuksif juga menunjukkan komordibitas dengan gangguan anxietas lain, terutama dengan gangguan panik dan fobia (Austin dkk., 1990), dan dengan berbagai gangguan kepribadian (Baer dkk., 1990; Mavissikalian, Hammen, & Jones, 1990). Stern dan Cobb (1978) menemukan bahwa 78 persen dari sampel individu kompulsif memandang ritual mereka sebagai “cukup bodoh atau aneh” walaupun mereka tidak mampu menghentikannya.

Rene Descarte berkata : aku berfikir, maka aku ada !
Aku ada karena fikiranku. 


When the sun beginning to set
*Ruang Diskusi Lab. Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak 
  Fapet Unpad