Rabu, 02 Oktober 2013

Debat or Usqut Laa Tatakallam

Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah. Namun, yang menjadi permasalahan kadang perbedaan pendapat itu sendiri melahirkan perdebatan yang pada akhirnya kadang hanya menimbulkan pembenaran pendapat masing-masing debator. Diskusi dan bertukar pikiran memang diperlukan untuk mencari solusi dan  penyelesaian dari sebuah permasalahan, tapi ada attitude yang harus di perhatikan, jangan sampai pada prosesnya justru menimbulkan permusuhan dan perpecahan. Jangan sampai terjadi kesibukan dalam pembenaran sendiri, emosi dan pada akhirnya lebih banyak menjatuhkan daripada mencari solusi.

Jika sudah seperti itu keadaannya, maka diam dan berkemas menghindari perdebatan adalah sebuah jalan terbaik. Sungguh sulit untuk mengendalikan kata-kata, apalagi ketika sedang marah. Oleh karena itu, usqut  laa tatakallam is better .

Aku jamin rumah di dasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaknya. (HR Abu Daud).

Sampaikanlah sesuatu itu, jika memang perlu untuk disampaikan dengan cara yang benar dan di waktu yang tepat. Tinggalkan kata-kata yang tidak pantas dalam melakukan sebuah pembenaran. Namun, jika ternyata yang terjadi adalah debat kusir karena ketidak-menerimaan pihak lain, maka diam adalah lebih baik. Tahan amarah itu, tahan rasa ingin membenarkan itu - karena boleh jadi yang timbul ke permukaan justru sebuah perpecahan. Nurani pada akhirnya membenarkan, bahwa penyesalan itu datang ketika banyak berkata-kata - finally, menunjukkan betapa terlihat bodohnya kita.


Diam (tidak bicara) adalah suatu kebijaksanaan dan sedikit orang yang melakukannya. (HR. Ibnu Hibban).

Amphi Theatre Gd. 3 Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran
10.12 Waktu Indonesia Barat 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar