BELAJAR MEMETIK HIKMAH
Ternyata memang benar,
kesimpulan selalu di akhir. Mengambil kesimpulan di awal adalah salah besar.
Kadang kita terburu-buru menyimpulkan di awal cerita dan kesimpulan tersebut
salah di akhir cerita. Ternyata sebelum mengambil kesimpulan, kita harus pelajari dulu, cari tahu dan jalani terlebih dahulu. Setelah itu baru deh kita simpulkan, signifikan atau tidak signifikan? apakah sesuai dengan hipotesis yang diajukan? (jadi seperti penelitian, yak? Maklum lagi syndrome UP :D).
Well, ini sering saya
alami, sering menyimpulkan di awal dan merasa bersalah telah berkesimpulan
buruk. Ya baik itu menyimpulkan sifat seseorang, peristiwa ataupun suatu
kejadian. Sepertinya ini karena sifat kita yang selalu berfikiran buruk di awal
ketika kekecewaan merupakan kesan pertama yang kita peroleh dari orang yang
baru kita kenal.
Boleh lah ya saya
berbagi cerita tentang kekeliruan yang sempat saya lakukan. Banyak sih, tapi
saya ambil sampel aja deh, yang masih saya ingat.. hehe…Penilaian buruk kepada
orang yang baru di kenal. Itu sering sekali terjadi. Kadang kesan pertama yang
tidak enak dari seseorang membuat kita menilai buruk orang tersebut. Namun,
setelah kita banyak berinteraksi dengan orang tersebut kita baru menyadari
bahwa orang tersebut baik dan eh ternyata nyambung dan kadang menimbulkan decak kagum. So, intinya adalah jangan dulu menyimpulkan sebelum
mengenal dekat karakter orang yang baru kita kenal, berfikiran baik aja dulu. Ternyata orang yang menurut kita buruk belum tentu buruk noh…okesipz, bagus :D
Hal ini senada dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah 216 : “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat
baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia
amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
Dalam ayat ini ada beberapa hikmah dan rahasia serta masahat untuk
seorang hamba. Karena sesungguhnya jika seorang hamba tahu bahwa sesuatu
yang dibenci itu terkadang membawa sesuatu yang disukai, sebagaimana
yang disukai terkadang membawa sesuatu yang dibenci, ia pun tidak akan
merasa aman untuk tertimpa sesuatu yang mencelakakan menyertai sesuatu
yang menyenangkan. Dan ia pun tidak akan putus asa untuk mendapatkan
sesuatu yang menyenangkan menyertai sesuatu yang mencelakakan.
Sari AsQolany